Belum selesai dengan kegemparan ujian 20 paket, aku dan
teman-teman sudah dihadapkan dengan pilihan jurusan untuk PKAB. Well,,tahun ini
semua siswa kelas 12 boleh ikut PKAB, itu berita bagus sekaligus berita W.O.W
buat ku. Ada yang pilih kedokteran, pertanian, ilmu murni dan masih banyak
lagi. Karena desakan PKAB pula kami sering berkumpul bersama , membicarakan
tentang jurusan, prospek jurusan yang bagus, cita-cita yang ingin dicapai.
Disaat kita sering berkumpul bersama aku sering mencuri pandang wajah mereka,
melihat satu persatu dengan lekat. Dalam benak ku, “Bersama kalian, aku ingin
merasakan ini selamanya J “.
19 bulan yang lalu aku lupa tepat nya
kapan. Aku memilih IPA sebagai jurusan ku. Dikelas baru ku ini ada 26 siswa, 13
diantaranya teman ku dikelas sepuluh dan sisanya dari kelas 10 khusus 1. Aku
tidak tahu mereka (anak-anak 10 khusus 1), hanya sebatas kenal orangnya dan
tahu namanya saja. Hal ini membuat ku harus mengulang dari awal. Memperkenalkan
diri, menceritakan apa yang ku suka dan apa yang tidak ku suka, membangun
kepercayaan. Semua ini membuat ku merasa frustasi hingga pada puncaknya pada
bulan agustus. Sekolah mengadakan lomba dalam rangka memperingati hari
kemerdekaan Indonesia. Buat ku pada hari itu semua orang, termasuk aku terlihat
menjengkelkan. Teman laki-laki dikelas bertindak kekanak-kanakan, sebagian
mengeluh dengan keadaan kelas, sebagian lain bersikap apatis. Alhasil untuk
lomba kali ini kelas ku di diskualifikasi 2 cabang lomba, solo song dan
supporter terheboh. Guru BK mengumpulkan kami dikelas, berdiskusi solusi apa
agar perpecahan dikelas ku tidak berkepanjangan. Kami semua, tidak semua
mencurahkan isi hati. My first leader class memulai curhatan “Aku gak sanggup
lagi bu jadi ketua kelas kalau mereka susah diatur”. Teman dekat ku yang sok
peduli padahal jarang berada ditengah kita semua mengeluarkan filosofinya “Ya
kalo aku disana ya bu, diajarkan untuk tidak apatis satu sama lain, harus
saling terbuka”. Dalam hati ku berguman “Anda itu gak ada waktu kita lagi
mengalami degradasi kepercayaan. Jadi bukan waktu nya buat anda sok ngerti
dengan keadaan ini”. Semenjak diskusi itu yang menurutku tidak menemukan titik
terang, cewek-cewek dikelas ku terlihat semakin sensitive. Sebagai contoh my
close friend mendengar curhatan yang lebih tepat nya keluhan dari kakak tertua
“Ih Ac nya gak dingin, kalian gitu dulu waktu kelas sepuluh biasa kepanasan.
Nah aku dulu tu dikelas ku Ac nya dingin terus”, keluhan yang buat ku gak perlu
dipikirin menjadi beban pikiran buat my close friend. Mulai sekarang aku dan
teman-teman lebih memilih sikap memperhatikan secara diam-diam. Dan cara itu
sepertinya manjur untuk mengenal pribadi kita masing-masing. Namun cara
diam-diam itu seketika hilang saat ujian tengan semester dimulai, pastinya
contekan marak terjadi dimana-mana. Aku tau itu pendekatan yang salah tapi
karna contekanlah kebekuan diantara kami sedikit mencair. Bulan demi bulan
terus berjalan. Kami melewati moment yang sebenarnya tak akan pernah dilupakan.
Membuat almamater bersama, study kampus bersama, merayakan ulang tahun wali
kelas kita, berbagi senyum dan tawa.
Hingga tak terasa 1 tahun penuh warnapun
terlewatkan.
Uhm,,
menjadi kakak tertua disekolah membuat aku dan teman-teman mencoba bersikap
dewasa, terlihat lebih berwibawa. Aku dan teman –teman menjadi lebih santai
dalam menghadapi masalah, tak lagi suka memikirkan suatu hal seperti memikirkan
hutang. Lebih menerima satu sama lain walau terkadang masih terselip rasa
dongkol karna menanggung kesalahan teman. Ababil kata yang tepat untuk
menggambarkan aku dan teman-teman dulu . mengkhawatirkan masa depan pertemanan
dikelas, mencurigai satu sama lain. Padahal dengan sebuah kata yang namanya
“waktu”, perselisihan diantara kami terhapus dengan sendirinya mungkin akan
timbul perselisihan yang baru tapi aku yakin kami lebih bisa menyikapinya
dengan benar. Mencuri pandang wajah kalian akan aku jadikan kebiasaan ku mulai
sekarang . “Akankah kita akan mampu mengingat saat makan gorengan bersama,
berbuka puasa bersama, bersorak bersama, menyanyi bersama. Merindukan satu sama
lain saat kita jauh nanti?” itu isi hati ku yang ingin aku tanya kan pada
kalian. “Hey!! Kalian semua, mungkin dikehidupan ku sebelumnya aku lebih
bahagia tapi bersama kalianlah aku belajar lebih banyak J”.